Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menyampaikan refleksi kebangsaan dan seruan muhasabah nasional menjelang tahun 2026 di Surabaya, Selasa (30/12/2025).

Surabaya, 30 Desember 2025 — Menyongsong pergantian tahun 2026, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menyerukan muhasabah nasional atas perjalanan panjang Indonesia yang akan memasuki usia ke-81 tahun. Seruan itu disampaikan langsung oleh KH Chriswanto Santoso, dalam refleksi kebangsaan menjelang tahun baru.

Menurut KH Chriswanto, dinamika global dan domestik menuntut Indonesia untuk terus melakukan perbaikan struktural agar tetap sejalan dengan cita-cita berdirinya negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Ia menegaskan, demokrasi yang dijalankan Indonesia tidak lepas dari residu berupa kelompok kepentingan dan potensi oligarki ekonomi-politik.
“Dalam sistem demokrasi, selalu ada peluang sekelompok kecil orang menguasai sumber daya melalui praktik oligopoli. Namun negara harus hadir dengan pemerintahan yang kuat dan berkeadilan sosial, bukan tunduk pada kepentingan investor,” tegas KH Chriswanto.
Ia mencontohkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Rusia yang maju di tengah tumbuhnya konglomerasi, tetapi tetap mampu menjaga kedaulatan negara melalui regulasi yang tegas dan berpihak pada kesejahteraan rakyat.


Deforestasi Jadi Alarm Nasional

KH Chriswanto juga menyoroti persoalan lingkungan yang dinilainya sebagai pekerjaan rumah besar bangsa Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan RI tahun 2024, tercatat sekitar 175 ribu hektare hutan Indonesia mengalami deforestasi, akibat investasi yang tidak berkelanjutan sejak era Orde Baru hingga Reformasi.

Hutan yang seharusnya menjadi penyangga kehidupan, kini berubah menjadi perkebunan sawit dan kawasan tambang. Kondisi tersebut dinilai berpotensi menggerus masa depan generasi mendatang jika tidak segera dibenahi.



Belajar dari Runtuhnya Peradaban Dunia

Dalam refleksinya, KH Chriswanto mengingatkan bahwa banyak peradaban besar dunia runtuh bukan karena kekurangan teknologi, melainkan karena degradasi moral.
“Mesopotamia, Mesir Kuno, Romawi, hingga Persia memiliki teknologi melampaui zamannya. Namun kemerosotan moral menjadi pemicu kehancuran peradaban mereka,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia harus mengambil pelajaran sejarah agar tidak mengulangi kesalahan serupa.

MUNAS X LDII 2026 Bahas Solusi Kebangsaan

Berbagai persoalan kebangsaan tersebut akan menjadi agenda utama dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) X LDII yang dijadwalkan berlangsung pertengahan 2026.
“Kami akan menggodok berbagai masukan strategis untuk pemerintah, yang akan dirumuskan dalam program kerja dan rekomendasi LDII,” tutur KH Chriswanto.

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso

Pengajian Akhir Tahun: Investasi Moral Generasi Muda

Sebagai langkah konkret, LDII secara konsisten menggelar Pengajian Akhir Tahun sejak pertengahan 1990-an. Kegiatan ini melibatkan majelis taklim, masjid, musholla, hingga pesantren di seluruh Indonesia.

Para generasi muda diarahkan untuk mengisi malam pergantian tahun dengan kegiatan positif seperti mengaji, diskusi kebangsaan, seni budaya, pencak silat, hingga aksi lingkungan berupa penanaman pohon.
“Kami ingin generasi muda terhindar dari perilaku maksiat, hedonisme, dan konsumerisme. Ini ikhtiar membangun peradaban bermoral menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar