Drs. Koesmoko (tengah), guru SMP PGRI 1 Buduran Sidoarjo.

LDII SIDOARJO - Tak pernah terlintas dalam benak Drs. Koesmoko, guru SMP PGRI 1 Buduran Sidoarjo, bahwa tugas mendadak yang ia terima akan mengantarkannya pada prestasi tertinggi di tingkat nasional. Semuanya berawal ketika ia ditugaskan mengikuti lomba Guru Berdedikasi hanya tiga hari sebelum batas akhir pengumpulan berkas.

Tiga hari—waktu yang sangat singkat untuk menyiapkan ratusan dokumen, foto, video, dan bukti kinerja tiga tahun terakhir, Koesmoko harus bisa berbagi waktu, karena selain jadi guru, juga sebagai pengurus aktif di DPD LDII Sidoarjo dan ketua SAKO SPN Sidoarjo.

Namun Koesmoko memilih berpikir sederhana: kalau ini amanah, maka ia harus menunaikannya sebaik mungkin. Malam-malamnya berubah menjadi rangkaian lembur tanpa henti. Ia memilah bukti, mengatur folder, mengedit file, dan memeriksa ulang satu per satu dokumen hingga dini hari. Saat orang lain beristirahat, ia masih duduk ditemani cahaya monitor, berusaha menyelesaikan semuanya sebelum tenggat.

Semua itu ia lakukan bukan demi piala. Ia hanya ingin menjalankan tugas dan tetap mengabdi sepenuh hati pada profesi yang ia cintai.

Kerja keras itu terbayar ketika hasil tingkat provinsi diumumkan: Koesmoko meraih Juara 1 Jawa Timur. Namun perjalanan belum selesai. Ia harus melangkah ke tingkat nasional, menghadapi penilaian yang jauh lebih ketat.

Di sinilah sisi terdalam perjuangannya terlihat.

Sebelum berangkat, Koesmoko meminta doa restu dari ibunya, dari saudara-saudaranya, dari rekan guru, para siswa, dan juga orang tua/wali murid. Ia turut memohon dukungan dari para pengurus PGRI serta YPLP PGRI. Baginya, doa mereka adalah tenaga yang tak terlihat, kekuatan yang membuatnya tidak merasa berjalan sendirian.

Dan benar—doa-doa itu menyertai setiap langkahnya.

Dengan ketekunan, kesabaran, dan kerja keras tanpa banyak keluh, Koesmoko akhirnya dinyatakan Juara 1 Guru Berdedikasi SMP PGRI Tingkat Nasional 2025. Sebuah pencapaian yang ia sendiri tak pernah membayangkan akan raih dalam situasi sesingkat itu.

Bagi Koesmoko, penghargaan ini bukan puncak, tapi awal dari tanggung jawab baru. Dalam komentarnya, ia menyampaikan:

“Alhamdulillah, saya bersyukur mendapatkan penghargaan ini. Namun kesuksesan ini juga kesuksesan SMP PGRI 1 Buduran. Saya persembahkan kepada warga almamater sekolah ini.

Justru dengan penghargaan ini, saya harus bisa menunjukkan secara konsisten untuk selalu berdedikasi dengan baik, di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi bagaimana pun. Intinya mengabdi dengan baik dan benar dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa.”

Penghargaan ini bukan semata soal gelar atau sertifikat.

Ini tentang bagaimana seorang guru terus berjalan meski waktunya sempit, bagaimana seorang anak membawa restu ibunya, dan bagaimana ketulusan pada profesi akhirnya menemukan jalannya untuk kembali dalam bentuk yang paling indah.

Koesmoko membuktikan bahwa dedikasi seorang guru, sekecil apa pun langkahnya, selalu berpotensi menjadi inspirasi bagi banyak orang. (YUS)

Posting Komentar