
Peneliti Ahli Utama BRIN, Soeranto Human, memaparkan potensi sorgum sebagai pangan alternatif dalam Webinar Ketahanan Pangan Nasional yang digelar DPP LDII, Minggu (16/11/2025)
Jakarta — Sorgum dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber pangan alternatif untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada beras. Hal itu disampaikan oleh Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Soeranto Human, dalam Webinar Ketahanan Pangan Nasional yang diselenggarakan DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) bertema “Akselerasi Kemandirian Pangan Berkelanjutan: Strategi dan Implementasi Diversifikasi Pangan Berbasis Komunitas”, pada Minggu (16/11/2025).
Dalam pemaparannya, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menegaskan bahwa ketahanan pangan Indonesia tidak boleh bertumpu pada satu komoditas. Ketergantungan tinggi terhadap beras membuat Indonesia rentan terhadap penurunan produksi akibat perubahan iklim atau musim kering.“Ketahanan pangan membutuhkan diversifikasi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan padi. Indonesia perlu menyiapkan solusi pangan yang adaptif dan beragam,” ujar Soeranto.Ia menyebut sorgum sebagai komoditas unggulan karena serbaguna dan dapat tumbuh baik di lahan kering. Tanaman ini juga berkembang sebagai makanan pokok di sejumlah negara beriklim kering, terutama di Afrika.
“Sorgum mampu tumbuh di lahan kering dan membutuhkan air jauh lebih sedikit dibanding padi. Indonesia memiliki banyak lahan yang sesuai untuk tanaman ini,” jelasnya.Soeranto mengungkapkan bahwa BRIN telah menghasilkan enam varietas sorgum unggul melalui teknik pemuliaan mutasi radiasi. Varietas tersebut meliputi sorgum untuk kebutuhan pangan, pakan ternak, hingga sorgum manis untuk gula dan bioenergi.
Sorgum manis bahkan dapat difermentasi menjadi bioetanol, yang berpotensi menjadi sumber energi terbarukan nasional.
Selain itu, Soeranto menekankan nilai kesehatan sorgum, yang dinilai lebih aman bagi penderita diabetes karena indeks glikemiknya lebih rendah dibanding beras.
“Sorgum menjadi alternatif di luar nasi dengan nilai gizi yang tidak kalah dibanding beras. Bahkan sorgum sangat baik untuk penderita diabetes,” ujar KH Chriswanto.Ia menjelaskan bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan cita rasa sorgum. Namun dari sisi nutrisi dan ketahanan pangan, sorgum dinilai sangat layak dikembangkan.
“Karena itu, LDII terus mendorong pemanfaatan sorgum dalam berbagai lini, baik di tingkat komunitas maupun lembaga pendidikan,” tambahnya.KH Chriswanto juga mengapresiasi berbagai bimbingan teknis sorgum yang telah dilakukan dan menyebutkan bahwa sejumlah wilayah LDII, seperti Kalimantan dan Tanjung Selor, telah memulai implementasi budidaya sorgum.
“Kami berharap ada tindak lanjut nyata. Pengembangan sorgum di berbagai daerah LDII bisa terus berjalan dan diperluas. Ini juga sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan lingkungan hidup agar tetap lestari,” pungkasnya.

Posting Komentar