Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzily dan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso berdialog dalam peringatan Milad ke-47 MDI di Padepokan Persinas ASAD, Jakarta, 27 Mei 2025. (Foto: DPP LDII)
Jakarta (3/6/2025) — Pembentukan karakter generasi muda Indonesia memerlukan pendekatan pendidikan yang holistik dan berbasis lingkungan yang sehat. Kesepahaman ini menjadi sorotan dalam pertemuan antara Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, TB Ace Hasan Syadzily, dan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, dalam peringatan Milad ke-47 Majelis Dakwah Islam (MDI) di Padepokan Persinas ASAD, Kompleks Ponpes Minhaajurrosyidin, Selasa (27/5) lalu.
“Tidak ada anak yang nakal sejak lahir. Biasanya perilaku menyimpang lahir dari kondisi lingkungan yang kurang mendukung, baik dari keluarga, pendidikan, maupun masyarakat. Oleh karena itu, kuncinya adalah memperbaiki lingkungannya,” tegas TB Ace Hasan dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa Lemhannas mendorong penguatan karakter bangsa melalui pendidikan yang menyentuh aspek intelektual, emosional, dan spiritual secara seimbang. Menurutnya, pendekatan militeristik semata dalam pendidikan bisa kontraproduktif terhadap pembentukan kepribadian generasi muda.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyampaikan bahwa sistem pendidikan di Pondok Pesantren LDII telah lama menjauhi pendekatan kekerasan.
“Kami membangun disiplin bukan dengan kekerasan. Kami memiliki 29 karakter luhur sebagai pijakan pendidikan, mulai dari jujur, amanah, hemat, kerja keras, hingga toleran. Disiplin dibangun melalui pembiasaan dalam lingkungan yang mendukung dan sehat,” ujar KH Chriswanto.
Ia juga menjelaskan, LDII telah menjalankan berbagai program konkret dalam rangka membentuk lingkungan pendidikan yang ideal. Beberapa di antaranya yaitu:
* Sekolah Pamong, sebagai pelatihan khusus untuk para pendidik atau pembina pesantren.
* Pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di lembaga pendidikan.
* Sekolah Virtual Kebangsaan, yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan secara daring.
“Sampai saat ini kami telah menyelenggarakan empat gelombang Sekolah Pamong. Kami yakini bahwa pamong yang baik akan menghasilkan santri yang baik pula,” tambahnya.
“Kami membangun disiplin bukan dengan kekerasan. Kami memiliki 29 karakter luhur sebagai pijakan pendidikan, mulai dari jujur, amanah, hemat, kerja keras, hingga toleran. Disiplin dibangun melalui pembiasaan dalam lingkungan yang mendukung dan sehat,” ujar KH Chriswanto.
Ia juga menjelaskan, LDII telah menjalankan berbagai program konkret dalam rangka membentuk lingkungan pendidikan yang ideal. Beberapa di antaranya yaitu:
* Sekolah Pamong, sebagai pelatihan khusus untuk para pendidik atau pembina pesantren.
* Pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di lembaga pendidikan.
* Sekolah Virtual Kebangsaan, yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan secara daring.
“Sampai saat ini kami telah menyelenggarakan empat gelombang Sekolah Pamong. Kami yakini bahwa pamong yang baik akan menghasilkan santri yang baik pula,” tambahnya.
KH Chriswanto juga menyatakan kesiapan LDII menjalin kerja sama yang lebih luas dengan Lemhannas dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat karakter generasi muda melalui sistem pendidikan yang inklusif dan berbudaya.
Dengan semangat kolaborasi antara Lemhannas dan LDII, diharapkan akan terbentuk generasi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual, serta memiliki cinta yang tinggi terhadap Tanah Air.(ac)
Dengan semangat kolaborasi antara Lemhannas dan LDII, diharapkan akan terbentuk generasi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual, serta memiliki cinta yang tinggi terhadap Tanah Air.(ac)
Posting Komentar