LDII SIDOARJO | JAKARTA – DPP LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) memberikan kontribusi untuk negeri, berupa aplikasi program Energi Baru Terbarukan (EBT). Yakni inovasi teknologi energi listrik alternatif, untuk memenuhi kebutuhan listrik di lingkungan pondok pesantren dan warga masyarakat sekitarnya.
Inovasi energi alternatif tersebut yaitu melalui: (1) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di kawasan perkebunan teh Jamus, Ngawi, Jawa Timur; (2) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, Jawa Timur. Pembangunan kedua pembangkit listrik alternatif itu sepenuhnya didanai oleh LDII secara swadaya dan bantuan para donator pengusaha LDII. Dengan total dana sekitar Rp 20 miliar.
Pimpinan Perkebunan Teh Jamus, Purwanto mengatakan, pembangunan PLTMH merupakan anugerah Allah SWT yang diamanatkan kepada LDII untuk mengembangkan dan mengelola alam guna pemenuhan kebutuhan masyarakat. “Manfaatnya sungguh sangat luar biasa besarnya. Selain untuk kebutuhan pabrik, rumah karyawan, juga warga masyarakat sekitarnya,”ujarnya kepada wartawan di lokasi, Minggu (17/3/2019).
Lebih kurang ada 3 KK rumah warga masyarakat di sekitar Perkebunan Teh Jamus yang sudah dapat menikmati aliran air dan listrik yang dikembangkan oleh perkebunan teh milik LDII tersebut. Perkebunan Teh Jamus Ngawi, Jawa Timur ini mempunyai luas sekitar 478,2 Hektare. Area tanah yang ditanami pohon teh seluas 460 Hektare. Adapun sisanya 60,2 Hektare ditumbuhi tanaman-tanaman produktif lainnya.
Pabrik teh peninggalan Belanda tahun 1928 seluas 478 Hektare ini, semula digarap menggunakan BBM (bahan bakar minyak) dan kayu bakar. Sekarang, semuanya menggunakan energi listrik alternatif secara mandiri PLTMH. PLTMH yang dibangun tahun 2007 ini untuk satu unitnya mampu menghasilkan energi listrik 100 Kwh, dengan investasi awal senilai Rp 1,7 Miliar.
Selanjutnya, dibangun lagi satu unit dengan biaya Rp 900 juta, yang menghasilkan energi listrik 100 Kwh. Setahun kemudian, disusul pembangunan berikutnya yang melewati tanah masyarakat, dengan menghasilkan energi listrik 50 Kwh.PLTS Wali Barokah
Sementara itu, Ketua Aplikator Proyek PLTS Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, Ir. Horisworo mengatakan, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya sangat mungkin dikembangkan di Indonesia hingga ke seluruh pelosok negeri. Sebab, Indonesia sangat kaya dengan sumber energi alternatif tersebut. Selama ini, pengembangan listrik lebih banyak menggunakan energi fosil alias BBM. “Jadi, kita tidak akan bingung dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini,”katanya.
Meski demikian, rencana besar pembangunan PLTS belum terlaksana, karena terkendala oleh kebijakan pemerintah yang terkesan acuh dan kurang peduli dengan keberlangsungan lingkungan ke depan. “Kami sengaja merintis pembangunan PLTS ini. Semoga bisa menjadi percontohan di Indonesia,”ungkapnya.
Pengembangan PLTS Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri ini menggunakan sistem dan alat yang serba modern. Panel surya seluas 41 meter x 40 meter di atas masjid, mampu menghasilkan energi listrik 1 juta Watt. “Semoga pengembangan PLTS ini sukses dan memberikan manfaat besar kepada pondok pesantren dan lingkungan masyarakat di sekitarnya,”ujar Harisworo.
Diakuinya, untuk mengembangkan PLTS tersebut, membutuhkan investasi awal yang cukup besar. Untuk pembelian panel surya yang kelas premium dari Kanada dengan luas 40 meter x 41 meter seharga Rp 3 Miliar. Investasi ini akan tertutup kurang dari setahun, karena mampu menghemat pengeluaran rutin per bulan hingga 60 persen.
Rencana ke depan, pihaknya akan membangun pembangkit listrik tenaga bio masa yang berasal dari sampah di pondok pesantren dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, tidak ada lagi sampah yang terbuang sia-sia, dan semua dimanfaatkan menjadi energi alternatif. “Sampah yang ada diubah menjadi gas dan arang,”katanya. ****
Posting Komentar